Kamis, 02 Juni 2016

"AYAH, BENARKAH AKU ANAK HASIL INSEMINASI!??




Oleh : Puro.Kluet  

Amel masih melek di balik selimut tebalnya itu. Malam selarut ini, dia masih saja susah untuk memenjamkan matanya. 

Dalam benak gadis mungil itu menyelinap bayangan kebahagian. Bayangan itu akan nyata esok hari. Esok hari, ayahnya akan mengajak Amel belanja kesebuah Supermarket yang jauh di tengah kota.
Amel pernah mendengar dari teman bermainnya.
“Supermarket itu,tempat belanja orang kaya.”
Kata Mila.
“Orang seperti kamu, tidak akan sangup membeli barang di Supermarket itu”
  sambung Mila menjelaskan. Mila sahabat sekaligus tetangga Amel itu memang cerewet, maklumlah anak orang kaya yang mencari ketenangan hidup di desa. Saat itu Amel paham, kalau ayahnya memang tak sanggup mengajaknya belanja di Supermarket itu. 

Sedangkan Mila, anak saudagar kaya. Setiap hari keluar masuk Supermarket  hanya untuk membeli susu bubuk kesukaan Mila.
Walau pun Amel masih berusia sembilan tahun, dia tahu betul, kenapa ayahnya berani mengajaknya belanja ke Supermarket itu besok. Amel tahu, kalau ayahnya baru saja mendapat uang, uang hasil panen jagung.

 “Kita belanja ke Supermarket besok, Nak.” Kata ayahnya. Itulah sebabnya kenapa malam itu mata Amel susah terpejam di balik selimut itu. Karena besok ia hendak belanja ke Supermarket. Tempat belanjanya orang kaya.
Sesekali senyumnya mengembang di balik selimut itu. Mungkin Amel tak sanggup menanggungkan kebahagiaan luar biasa itu, tanpa ibu. 

Saat moment kebahagian itu hadir, Dia ingat pada ibunya yang entah dimana, senyumnya yang mengembang di balik selimut itu, seketika berubah menjdi cemberut. Dua butir air,  menyelinap di bawah pelupuk matanya yang tebal itu.
Tanpa ibu, ternyata kurang genap rasanya kebahagiaan ini, kata batinya mengeluh. Meskipun besok dia dan ayahnya akan membeli baju lebaran  di Supermarket itu, tanpa ibu di sampingnya, tetap saja kebahagiaan itu tersa tak sempurna bagi Amel. 

***

Sebelum matahari tampak nongol di ufuk Barat, Amel telah bangun dan mempersiapkan sarapan pagi untuk ayahnya.
Sepotong kue kering, dan segelas kopi hangat telah terhidang di atas meja tua yang lapuk itu. KemudianAmel melangkah menuju beranda rumahnya. Dia membawa sebuah cermin tua peninggalan ibunya. 

Di atas sebuah kursi berlengan terbuat dari rotan, ia duduk dan melihat-lihat wajahnya di cermin tua persegi empat itu.
Rambut panjangnya tampak basah. Matanya masih bulat bersih. Kulitnya sawomatang masih seperti sedia kala. Dia harus tampil cantik pagi ini. Tampil layaknya orang kaya yang belanja di Supermarket. Maklumlah Amel orang desa yang kesehariannya hanya dapat melihat rumput dan sawah ladang di sekitar rumahnhnya.

“Amel sudah siap?” tanya ayahnya dari balik pintu. “Sudah ayah.” Sahut Amel dengan senyum mengembang sembari menganggukkan kepalanya. Amel belum puas, dia ingin tahu kenapa beli baju kali ini mesti jauh ke kota besar. Sementara tidak berapa jauh dari desanya ada juga orang jualan baju, terbesit dalam hatinya.
 “Ayah! Kenapasih kita harus belanja ke Supermarket?” tanya Amel. Gadis polos itu tidak tahu samasekali , bahwa ayahnya merindukan ibunya. Ibunya bekerja di Supermarket itu sebagai kasir. 

 Selama ini, ayahnya tak pernah bercerita tetang ibunya. Setiap kali ia tanyakan pada ayahnya. Ayahnya hanya diam dan berkata, “Nanti juga Amel akan tahu sendiri, kalau udah gede.” Kata ayahnya. Sejak itu Amel malas menanyakan perihal ibunya itu.

Ayah dan ibu Amel bercerai sejak Amel masih usia satu tahun setengah. 

Bersambung..............................

Jumat, 27 Mei 2016

Tempur ??



Oleh : Putro.Kluet

Di depan rumah beratap rumbia, tampak sepasang suami istri sedang adu mulut. Suara mereka keras saling menghardik.

Hampir tak ada rahasia lagi tentang apa yang sedang mereka bicarakan. Di depan mereka terlihat pula segala macam perlengkapan rumah berserakan.

Sebuah pemandangan mirip seperti kapal pecah. siistri terlihat sedang memangku bayi mungilnya yang lucu. Sedangkan suaminya mengenggam sebilah pisau tajam mengkilap.

Mataku tak berkedip barang sedikit pun menyaksikan tingkah mereka. Rasa ingin tahuku mentut untuk menghampiri mereka secepat mungkin. Ingin mengetahui apa sebenarnya yang sedang mereka perbuat.

Apakah mereka sedang jualan perlengkapan rumah? Ataukah barang-barang itu baru saja mereka beli. Begitulah yang terbesit dalam benakku saat melihat bantal dan sejumlah peralatan rumah lainnya terhampar di halaman itu.

“Ya! Bagi, potong saja. Pembagian jadi adil,kan!!?” terdengar suara istrinya keras seraya menunjuk sebuah bantal guling.  Sementara bayi mungil itu merengek seolah munyuruh kedua orang tua mereka mengakhiri pertikaian itu. suaminya tidak tinggal diam, ia meletakkan mata pisau itu di bagian tengah bantal. “Lihat!!” kata suaminya sembari menyembelih bantal itu. bantal guling yang utuh kini telah terputus menjadi dua.

Rabu, 25 Mei 2016

SOLUSI TUNTAS MENGHADAPI SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI ANDA

Oleh : Putro.kluet

Saya mengerti dengan keresahan anda saat menghadapi seminar proposal skripsi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa hal itu rata-rata ternyata memang terjadi pada setiap mahasiswa ketika berhadapan dengan tugas akhir. Lalu apa yang harus anda lakukan untuk menghadapi tim penguji yang akan berhadapan dengan anda nantinya. Pasti setidaknya anda meresahkan hal itu. 

Anda merasa gugup jika mengigat apa saja pertanyaan yang akan meluncur dari tim penguiji anda. Sehari menjelang seminar diselenggarakan, tidur anda pun mungkin tidak akan nyaman. Anda selalu dihantui oleh dosen pembimbing yang terlalu vokal mengkritisi proposal anda tersebut. Maka sekedar berbagi dari saya untuk sahabat sekalian yang sekarang ini sedang berhadapan dengan tugas akhirnya. Pertama, yang harus saya tekankan, bahwa anda tak perlu merasa resah.

 Karena bisa jadi keresahan dan kebingungan anda tersebut, justru akan menghalangi anda berpikir luas, seluas samudra hindia. Kali ini saya menyediakan kepada anda seputar jawaban yang harus anda persiapkan dalam menghadapi seminar skripsi tersebut. 

 Sebelumnya, anda harus tahu terlebih dahulu secara umum apa kegunaan dilakukannya seminar proposal, sebelum akhirnya disahkan untuk anda diteliti. Seminar tersebut dilakukan, hanya untuk memastikan. Sekali lagi saya sampaikan bahwa seminar proposal itu, hanya untuk memastikan kesiapan anda atas masalah skripsi yang anda ajukan. Memastikan apakah anda benar-benar siap untuk meneliti, atau anda akan berpikir ulang dan menukar judul skripsi yang sedang anda ajukan terseut. 

Oleh sebab itu, perlu anda persiapkan jawaban untuk mempertahankan judul atau masalah yang akan anda teliti. Pertama yang perlu anda kuasai adalah “masalah”, apakah yang hendak anda teliti benar-benar bermasakah? Tidak memperpanjang mukaddimah lagi, langsung saja pada inti pembahasan yang hendak saya kemukakan kepada sobat semua. Pertanyaan..... 

 Pertama anda akan disuruh menjelaskan dalam waktu +-15 menit mengenai latarbelakang masalah proposal anda. Kemudian setelah itu, anda mulai di tanyai seperti yang berikut ini.

Minggu, 22 Mei 2016

KITA SEMUA, MELANGGAR PERINTAH ALLAH




Seorang anak muda berkata, “Tidakkah terlihat oleh kita kerusakan semakin nyata di depan mata. Kezaliman meraja lela. Sementara solusi atas semua perkara itu tidak pernah mampu mengatasinya.” Pemuda yang berda di sampingnya menjawab,” itu perkara bukan urusan kita, itu perkara urusan mereka yang telah kita pilih untuk mewakili kita. Biarkan mereka yang mengurusnya karena merekalah ahlinya.

“Seorang anak baru gede mendengar pembicaraan mereka itu lantas ikutan berkata,” sesungguhnya aku tidak melihat perkara yang kau ucap itu saudaraku. Mari tunjukkan perkara mana yang kau maksudkan?.” pemuda pertama, kembali angkat bicara,“perkara yang aku maksudkan adalah  peraturan kehidupan.perkara yang mengatur tentang pergaulan manusia dengan sesama manusia, peraturan manusia dengan tuhannya, dan peraturan manusia dengan dirinya sendri.”

“Lalu?.” Timpal anak baru gede itu dengan penuh rasa ingin tahu. Anak muda tadi melanjutkan. “Kenapa kehidupan kita sekarang ini penuh dengan kerusakan? Padahal kita sholat, kita haji, kita puasa, semua ibadah yang hubungannya antara kita dengan tuhan, semuanya kita taati. Namun tetap saja kerusakan dan kezaliman tidak berkurang, tapi malah semakin berutal.?” Seorang ustazd melintas di depan perkumpulan itu dan mendengar pembicaraan pemuda itu. “Wahai anak muda. Diamlah karena itu lebih baik bagimu.”